MASJID BAITURRAHMAN

 


Budayapijay.or.id - Masjid ini terletak di Gampong Puduek Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Secara geografis, masjid ini terletak pada koordinat 05’ 14’ 32,7” ˚ LU – 096’ 10’ 32,7” ˚ BT dan berada pada ketinggian 8 mdpl. Kawasan ini merupakan area pemukiman masyarakat. Di sisi timur terdapat sungai, jalan dan rumah warga, di sisi barat terdapat masjid Baiturrahman baru dan komplek pemakaman, di sisi utara terdapat komplek makam, jalan dan rumah warga. Sementara di sisi selatan terdapat balai pengajian yang telah berumur 49 tahun yang terbuat dari kayu.

Dalam masyarakat lokal, masjid Baiturrahman ini lebih dikenal dengan sebutan masjid Puduek. Sebagian lainnya kerap menyebut dengan nama masjid tuha (tua) Puduek. Hal ini disebabkan letak masjidnya yang berada di gampong Puduek.

Secara umum, masjid Baiturrahman berbentuk persegi panjang. Masjid ini ditopang oleh 18 tiang kayu dengan tinggi 3,5 meter. Pondasi masjid dan bagian dinding bawah terbuat dari semen dengan ketebalan 23 cm. Bagian dinding atas terbuat dari kayu, pada dinding utara dan timur terdapat motif flora yang dibuat dengan teknik gores (incised design). Terdapat dua jendela kayu dengan ukuran 100 cm x 60 cm pada dinding utara, namun tidak memiliki hiasan apapun. Atap masjid memiliki tiga tingkatan dan semua komponennya terbuat dari kayu, kecuali atapnya telah direnovasi dari atap berbahan rumbia menjadi seng. Keempat sisi dinding atap memiliki hiasan motif flora dan geometri yang dibuat dengan teknik ukir (carved design). Menarik untuk diperhatikan bahwa pada tingkatan atap pertama memiliki sebuah ruangan yang digunakan oleh bilal untuk mengumandangkan azan.



Namun, sisi selatan dan sebagian sisi barat masjid telah dirubuhkan untuk tujuan perluasan masjid. Tujuannya adalah agar masjid kuno tersambung dengan masjid baru yang kini berada di sisi barat.

Pada bagian mihrab terdapat sebuah mimbar kayu kuno yang dipenuhi oleh ornamen flora dan geometri. Mimbar ini berasal dari semasa masjid didirikan. Selain pada sudut utara-barat teras masjid terdapat sebuah guci besar yang terbuat dari batu (Stoneware) berwarna hitam kecoklatan dengan ukuran 1 meter, tinggi dan diameter 90 cm. Berdarsarkan karakteristiknya, guci ini berasal dari dapur Martavan (Martavan jar) di Burma abad ke-16 Masehi (Borell 2014). Sepertinya, usia guci ini lebih tua dari masjid. Namun, belum diketahui dengan pasti pada periode kapan guci ini diimport ke Pidie Jaya. Bisa saja, guci ini telah tiba sebelum masjid ini didirakan.



Pada sisi barat, tepat 3 meter di belakang mihrab terdapat komplek makam kuno yang ditandai dengan batu nisan berukir jenis batu Aceh. Dibagian ini terdapat dua buah makam kuno, satu makam ditandai oleh nisan pipih sayap-bucrane (Othman tipe N) dan satu makam lagi ditandi oleh nisan silindris (Othman tipe M). Nisan sayap-bucrane memiliki hiasan flora dibagian kepala, pada bagian sayap terdapat motif medallion dan flora, pada badan nisan terdapat panil motif pintu Aceh namun tanpa inskripsi dan pada bagian dasar dihiasi oleh motif geometri. Semntara itu, puncak nisan silindris memiliki mahkota berbentuk bunga teratai, badannya polos dan dasarnya dihiasi oleh motif geometri. Menurut penuturan warga, makam dengan batu nisan silindris ini adalah makam Tgk Wancu, beliau merupukan pendiri masjid Puduek. Berdasarkan jenis bahannya, kedua nisan ini terbuat dari batu pasir. Berdasarkan tipologinya, nisan ini mewakili abad ke-18 atau 19 Masehi (Yatim 1988; Ambary 1998 & Perret et al, 1999).

Berdasarkan latar belakang sejarahnya, menurut penjaga masjid yang telah berumur 73 tahun, masjid Baiturrahman ini didirikin oleh Tengku Wancu. Makam beliau terletak disisi barat Masjid sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya. Masyarakat lokal juga meyakini bahwa masjid Puduek adalah masjid tertua di Kecamatan Trienggadeng-Pidie Jaya. Hal ini mungkin saja benar jika melihat kepada usia batu nisan yang diyakini sebagai pendiri masjid ini. Maka, diperkirakan masjid ini didirikan pada abad ke-18 atau awal abad ke-19 Masehi (sekitar 200 tahun lalu). Bentuk atapnya yang bertingkat-tingkat juga mendukung hipotesis ini. Bahwasanya, masjid kuno di Nusantara menggunakan konsep atap bertingkat-tingkat sebagai cirri khasnya. Masjid dengan atap seperti ini dapat ditemukan di Aceh serta beberapa tempat lainnya di pulau Sumatera dan Jawa.

Masjid Baiturrahman dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      

Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Menu Sponsor

Subscribe Text

Ikuti Channel YouTube Budaya Pijay