Budayapijay.or.id - Situs makam kuno Tijin Daboeh terletak di Desa Tijin Daboeh Kecamatan Ulim Kabupaten Pidie Jaya. Spesifiknya, situs ini terletak pada koordinat 01’ 98’ 22.0” ⁰LU – 05’ 80’ 62.2” ⁰BT dan berada pada ketinggian 16 meter di atas permukaan laut. Situs ini berada di area pemukiman penduduk, di sisi utara berbatasan langsung dengan rumah warga, sisi selatan berbatasan dengan jalan dan rumah warga, sisi timur berbatasan langsung dengan rumah warga, dan sisi barat berbatasan lansung dengan rumah warga.
Dalam lokasi situs ditemukan 7 batu nisan. Posisi nisan ini telah direposisi sekitar tahun 2010 semasa pembangunan jalan yang berada 2 meter di sisi timur situs ini. Penataan ulang nisan-nisan tersebut tidak mengikuti pasangannya. Hal ini jelas terlihat pada beberapa makam bahwa nisan kepala tidak sama bentuk dengan nisan kaki.
Pada situs ini ditemukan tiga tipe nisan Aceh yaitu 1 buah tipe A dari batu pasir, 2 buah tipe B dari batu andesit dan 4 nisan tipe D berbahan batu pasir. Tipologi nisan ini merujuk kepada klasifikasi nisan Aceh yang diajukan oleh Yatim (1988). Berdasarkan jumlahnya, ada beberapa buah batu nisan telah hilang. Hal yang sama juga disampaikan oleh masyarakat lokal yang menyaksikan bahwa jumlah nisan dahulunya jauh lebih banyak dari yang tersisa sekarang.
Rata-rata, nisan tipe D memiliki ukuran relatif sama. Tingginya adalah 50 cm, panjang 20 cm dan lebar 16 cm. Dua buah nisan tipe D dihiasi motif kaligrafi sementara dua sisanya hanya dihias oleh motif flora dan geometri. Menarik untuk disimak bahwa kaligrafi yang dipahat pada nisan tipe D nomor 1 dan 2 menggunakan khat naskhi. Kalimah la ilaha illa Allah yang dipahat pada dua baris pertama dan Muhammad Rasulullah pada baris paling bawah dikuir dengan sagat rapi. Inskripsi kalimah tauhid tersebut dipahat pada sisi depan dan belakang badan nisan. Sementara pada sisi samping inskripnya haya bertulis Allah saja pada ketiga barisnya. Puncak nisan dihiasi oleh motif bunga awan setangkai (awan sitangké) yang dibuat menyerupai lentera sementara kaki nisan dihiasi motif kelopak bunga dan motif jala (Herwandi 2003).
Nisan tipe D nomor 3 ini tanpa inskripsi kaligrafi. Namun, motif yang dipahat di dalam semua panil adalah flora. Tiga baris panil bergaya pintu Aceh pada badan nisan tersebut dihiasi oleh motif awan setangkai (awan sitangké) yang telah dikombinasikan dengan beberapa motif flora lainnya. Bagian samping nisan juga terdapat tiga baris panil, baris paling atas dihiasi motif bunga matahari (bungong mata uroe), baris tengah berhias motif simpul tali (puta taloe) dan baris paling bawah motif flora yang belum teridentifikasi, kemungkinan hasil kombinasi beberapa jenis-jenis bunga lokal. Sementara nisan tipe D nomor 4 hanya dihiasi oleh motif kaligrafi sederhana bertuliskan kata Allah pada badan dan sisinya.
Nisan tipe A yang tersisa di situs ini hanya satu saja. Ukurannya tidak begitu besar, tingginya 44 cm, panjang 20 cm dan lebar 13 cm. Badan nisan dihiasi motif kaligrafi bertuliskan kalimah tauhid la ilaha illa Allah pada ketiga barisnya. Kemudian, ornamennya sangat padat khususnya bagian sayap hingga kepala yang dipenuhi motif awan setangkai (awan sitangké) dengan pola melengkung. Kehadiran motif flora pada bagian atas nisan ini menampilkan kesan sangat feminim akan nisan pipih bersayap ini.
Bentuk terakhir adalah nisan tipe B sejumlah dua buah. Nisan ini tidak dibuat dari batu pasir, melainkan batu andesit sebagai bahan utamanya. Bahannya jelas terlihat dari tekstur permukaan yang berpori dan relatif lebih kasar dari kedua tipe sebelumnya. Nisan tipe B nomor satu yang saat ini digunakan sebagai penanda kepala makam (tidak in-situ) dihiasi oleh motif kaligrafi pada badannya. Menariknya, kaligrafi ini tidak menggunakan pola panil berbaris, hanya sebuah kolom besar di mana semua inskripsi dipahat. Kalimat la ilaha illa Allah khat naskhi berada pada bagian paling atas dan terkesan sangat tegas. Kemudian muncul kalimat Muhammad Rasulullah di bawahnya yang ditulis mendatar sehingga terkesan seperti garis. Di bawah kata Muhammad terdapat inskripsi berbentuk dengan pola melengkung namun belum berhasil diidentifikasi.
Sementara itu, nisan tipe B nomor 2 yang juga dibuat
dari batu andesit yang saat ini digunakan sebagai penanda kaki makam (tidak
in-situ) hanya dihiasi oleh motif flora dan geometri. Inskripsi kaligrafi tidak
muncul pada nisan ini walau ini diduga kuat adalah pasangan nisan B nomor 1.
Badan hingga puncak nisan dihiasi motif flora. Ornamen yang digunakan hanya
motif awan setangkai (awan sitangké) yang dibuat menggunakan pola
berbeda-beda.
Latar Sejarah
Berdasarkan hasi identifikasi, tidak satupun nisan di situs ini yang memiliki pahatan angka tahun dan biografi pemilik nisan. Maka dari itu, metode perbandingan adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Berdasarkan morfologinya, nisan tipe A ini menyerupai nisan-nisan Aceh yang berasal dari abad ke-15 Masehi. Beberapa tokoh besar tahun 1400an di Aceh dan di beberapa tempat di Semenanjung Malaysia menggunakan batu nisan ini sebagai penanda kuburnya (Lambourn 2004). Maka dari itu, kuat dugaan nisan tipe A di situs makam kuno Tijin Daboeh berasal dari abad ke-15 Masehi. Memang nisan ini terkesan sangat feminim karena banyaknya motif flora di sayap dan puncak, tetapi sulit bagi kita untuk memastikan jenis kelamin pemilik nisan ini. Namun, nisan pipih bersayap pernah digunakan oleh golongan wanita di Aceh abad ke-16 Masehi.
Dua buah nisan tipe B di situs makam ini sepertinya juga berasal dari abad ke-15 Masehi (Perret, Razak, and Kalus 1999). Hal ini didasari dari persamaan bentuk antara nisan ini dengan nisan tipe B di beberapa tempat di Aceh. Ada hal yang sangat mendasar pada nisan ini bahwa nisan ini tidak dibuat dari batu pasir, tetapi batu andesit. Pasai sekitar tahun 1400an sangat banyak menghasilkan batu nisan tipe B yang dibuat dari batu andesit. Hal ini dibuktikan dari banyaknya makam abad ke-15 Masehi yang ditandai dengan nisan tipe B di Pasai, salah satunya adalah makam-makam kuno di desa Kuta Krueng dengan jumlah tipologi B sangat signifikan. Tekstur permukaan serta warna batu persis sama antara nisan tipe B di Tijin Daboeh dengan Pasai. Ada kemungkinan bahwa nisan tipe B ini dibawa atau dipesan dari Pasai atas alasan tertentu pada abad ke-15 Masehi. Maknanya bahwa, pemilik nisan tipe B ini menduduki posisi tertentu dalam masyarakat di Pidie Jaya sekitar tahun 1400. Hanya saja kita tidak dapat mengambil kesimpulan pasti akan afiliasi pemilik nisan ini mengingat tidak tersedianya data di batu nisan ini.
Tipologi terakhir adalah nisan tipe D yang diyakini berasal dari abad ke-16 Masehi (Yatim 1988). Tidak ada petunjuk khusus yang dapat menjawab secara pasti biografi pemilik nisan tipe D ini. Namun, kehadiran inskripsi kalimah tauhid yang dipahat sangat serta nisan-nisan yang dipenuhi motif flora tersebut dengan kualitas begitu indah mencerminkan posisi dan kedudukan mereka di tahun 1500an. Artinya bahwa, pemilik nisan-nisan tipe D tersebut memiliki peran tertentu yang diperhitungkan dalam masyarakat di Pidie Jaya sekitar abad ke-16 Masehi.
Situs ini sangat penting dalam merekonstruksi sejarah
kawasan Ulim ratusan tahun dahulu. Secara kronologi, situs ini (walau tidak
in-situ) mewakili peristiwa penting yang terjadi di dalam mayarakat Pidie Jaya
selama dua ratus tahun. Situs ini menjadi bukti akan eksistensi sebuah
komunitas dengan peran sistematis yang dijalankan sejak abad ke-15 Masehi di
Pidie Jaya.
Referensi:
Herwandi.
2003. Bungong Kalimah: Kaligrafi Islam
dalam Balutan Tasawuf Aceh Abad ke-16 - 18 M. Padang: Andalas University
Press.
Lambourn,
Elizabeth. 2004. "The Formation of the Batu Aceh Tradition in
Fifteenth-century Samudera-Pasai." Indonesia and the Malay World 32
(93):211-248.
Perret,
Daniel, Kamarudin bin Ab Razak, and Ludvik Kalus. 1999. Batu Aceh: Warisan Sejarah Johor. Johor Bahru: Yayasan Warisan
Johor.
Yatim, Othman
Mohd. 1988. Batu Aceh: Early Islamic
Gravestones in Peninsular Malaysia. Kuala Lumpur: Museum Association of
Malaysia.
0 Komentar