25 Oktober 1945: Pendaratan tentara sekutu di Surabaya sebagai rentetan kejadian pertempuran Surabaya



Budayapijay.or.id - Pasukan Inggris mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Mereka adalah anggota Pasukan Sekutu Hindia Belanda (AFNEI). Selain Inggris, tentara Belanda yang tergabung dalam Dutch East Indies Civil Administration (NICA) juga mendarat di Surabaya. Awalnya, tujuan kedatangan AFNEI adalah untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan para tawanan perang. Namun, mereka juga memiliki motif tersembunyi untuk membantu Belanda merenggut kemerdekaan dari Indonesia.

KEDATANGAN SEKUTU DI SURABAYA

Setelah proklamasi kemerdekaan, para pemuda Surabaya memperoleh senjata dari tentara Jepang. Apalagi gerakan pemuda juga diorganisir sedemikian rupa sehingga siap menghadapi berbagai ancaman yang datang dari mana-mana. 

Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade ke-49 Divisi ke-23 Sekutu, sekitar 5.000 sampai 6.000 orang, mendarat di Surabaya di bawah komando Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby. Sesampainya di Surabaya, mereka langsung memasuki kota dan mendirikan posko-posko pertahanan di delapan tempat. 

Semula mereka ingin segera melucuti semua senjata yang dikuasai rakyat, namun karena kuatnya oposisi pimpinan Indonesia di Surabaya, akhirnya mereka mengalah. 

Pada tanggal 26 Oktober 1945, dicapai kesepakatan antara pimpinan Indonesia dengan Brigadir Jenderal Mallaby, yang memuat ketentuan lain: 

  1. Hanya tentara Jepang yang dilucuti. 
  2. Tentara Inggris, sebagai wakil Sekutu, akan membantu Indonesia dalam memelihara perdamaian dan keamanan. 
  3. Setelah semua senjata tentara Jepang dilucuti, mereka akan diangkut melalui laut.

Meskipun kesepakatan baru saja dicapai, Sekutu mengabaikannya. Pada malam 26 Oktober 1945, Sekutu menyerang penjara Kalisolok. Pasukan Sekutu membebaskan Kolonel Huiyer, seorang perwira Belanda, dan beberapa tentara Belanda yang pernah ditawan oleh tentara Indonesia.

Pukul 11 ​​pagi tanggal 27 Oktober, sebuah pesawat Dakota tiba dari Jakarta, yang atas perintah Mayor Jenderal Hawthorn, membagikan pamflet berisi perintah untuk menyerahkan senjata Indonesia kepada pasukan Sekutu. . 

Dalam waktu 2 × 24 jam, semua senjata harus diserahkan, dan mereka yang masih membawa senjata setelah batas waktu akan dieksekusi di tempat. Ini jelas bertentangan dengan kesepakatan sebelumnya yang telah diterima Mallaby. 

Mallaby akan terkejut dengan keberadaan pamflet itu, tetapi ia tetap mematuhi perintah para pemimpinnya di Jakarta dan segera memerintahkan pasukannya untuk melucuti senjata rakyat di Surabaya. Masyarakat Surabaya menilai Inggris telah melanggar kesepakatan. Akhirnya, pimpinan militer di Surabaya memerintahkan pemecatan semua pos pertahanan Inggris. Pada waktu yang hampir bersamaan, para pemimpin Nahdlatul Ulama dan Masyumi menyatakan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah perjuangan Sabil, kewajiban yang melekat pada semua umat Islam. Kyai dan santri kemudian mulai berpindah dari pesantren di Jawa Timur ke Surabaya.

Penyunting: Afdhal Zikri, S.Pd (Ahli Pertama - Pamong Budaya)

 

Posting Komentar

1 Komentar

  1. This way, they can goal you extra accurately with playing adverts that will appeal to you. Most gamblers love bonuses, and just about all online casinos supply totally different benefits . As crypto became extra popular, many online playing websites that solely worked with cryptocurrencies had been based. Although not regularly required, some people discover that 온라인 카지노 they need the construction afforded by an inpatient program at a treatment center to overcome a playing dependancy. This kind of program may be be} especially useful if you’re unable to keep away from casinos or different playing venues without help. You {will need to|might want to} keep within the treatment facility for a set amount of time, wherever from 30 days to a complete year.

    BalasHapus

advertise

Menu Sponsor

Subscribe Text

Ikuti Channel YouTube Budaya Pijay