Hikayat Malem Dagang
Budayapijay.or.id - Hikayat Malem Dagang merupakan karya sastra tertua warisan zaman
keemasan tradisi sastra Aceh. Hikayat ini diciptakan oleh Tgk. Chik Pante
Geulima, yang selesai pada 8 Jumadil Awal 1309 H (1889 M). Hikayat Malem Dagang
sebuah karya yang tergolong panjang, terdiri dari 2280 bait syair. Karya ini
ditulis ketika Perang Sabil sedang berkecamuk di Aceh. Perang Sabil adalah
perang besar antara kaum muslim Aceh melawan Belanda untuk menguasai seluruh
wilayah nusantara, pada masa itu Aceh menjadi salah satu wilayah yang sangat
sulit ditaklukkan. Hikayat Malem Dagang dimulai dengan susunan baris-baris
kalimat pujian kepada Allah SWT. Menurut H.K.J. Cowan, dalam bukunya berjudul
“Hikayat Malem Dagang”, mengisahkan bahwa peristiwa yang terdapat dalam Hikayat
Malem Dagang ini terjadi pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda, pada
tahun 1607-1636 M. Hikayat ini menceritakan perjalanan Perang Sultan Iskandar
Muda ke Pesisir Utara dan Semenanjung Malaka. Tokoh utama yang diceritakan
adalah Sultan Iskandar Muda yang memimpin Armada Cakra Donya ke Malaka. Di
dalam Hikayat Malem Dagang ini juga dikisahkan tentang Putri Pahang, Permaisuri
Sultan Iskandar Muda, seorang putri dari Istana Pahang. Kemudian Raja Raden,
saudara Raja si Ujud dan Raja si Ujud yang membuat onar di Aceh, serta Ja Pakeh
dengan nama aslinya Jalaluddin, seorang ulama besar di Negeri Meureudu
mendirikan Masjid Madinah sebagai pusat penyebaran Islam yang mendapat
pendidikan militer di Turki, ahli strategi, penasehat Sultan Iskandar Muda, dan
seorang panglima perang. Malem Dagang adalah seorang Laksamana Muda, diangkat
menjadi Panglima Armada Cakra Donya.
Muatan Hikayat Malem Dagang
Hikayat Malem Dagang juga menceritakan konflik Si Ujud, Pangeran Malaka
yang melawan pelindungnya Sultan Iskandar Muda. Di kisahkan, Si Ujud bersama
adiknya, Raja Raden datang ke Aceh disambut dengan istimewa hingga terjalinlah
persaudaraan antara Raja Raden dan Sultan Iskandar Muda sehingga Raja Raden
masuk Islam, lalu menyerahkan Putri Raja Pahang. Terhadap sikap Raja Raden, Si
Ujud tak setuju, dia mencemooh sikap adiknya. Di lukiskan, Si Ujud sangat marah
hingga menampakkan matanya berwarna merah. Ia menyalahkan Raja Raden, karena
Putroe Pahang yang cantik diambil Sultan Iskandar Muda. Terjadilah bentrok
antara Si Ujud dan Raja Raden. Si Ujud melanjutkan kemarahan dengan tindakan,
Si Ujud melakukan perjalanan ke laut lepas, mengambil harta rakyat,
barang-barang rakyat dipasar di rampas, Ladong dan Krueng Raya dibakar. Raja
Raden yang setia kepada Sultan Iskandar Muda, menyampaikan kesediannya untuk
menyerang Si Ujud. Menyiapkan ekspedisi besar puluhan ribu pasukan dan segera
melakukan perjalanan menyusuri Pantai Utara dan Timur.
Dari Pahang rombongan ke Johor Lama, menuju ketempat Si Ujud,
dilanjutkan ke Johor Bali. Begitu susah payah Sultan memperoleh kemenangan yang
akhirnya Si Ujud mengalami kekalahan, namun tak bisa dibunuh, kendati sudah
digunakan berbagai cara. Sampai suatu ketika ia sendiri mengatakan rahasia dirinya,
dia akan mati jika minum timah panas.
Panggung Hikayat Disbudpar Aceh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, menggelar Panggung Hikayat di Taman Budaya Aceh, Minggu, 23 Oktober 2022. Kegiatan ini merupakan upaya pelestarian budaya Aceh. Dikutip dari harianrakyataceh.com, pentas Panggung Hikayat ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Aceh untuk meningkatkan ketahanan budaya melalui pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan secara sistematis, serta berkelanjutan di bidang kebudayaan, uangkap Almuniza Kamal selaku Kadisbudpar Aceh.
Pada kegiatan ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pidie Jaya bersama seniman muda berbakat Abdul Hadi juga turut berpartisipasi dengan mendendangkan Hikayat Malem Dagang dan berhasil memperoleh juara ke dua. Dengan adanya kegiatan pelestarian budaya seperti ini, diharapkan dapat menggerakkan minat generasi muda Aceh khususnya Pidie Jaya untuk terus melestarikan budaya dan kearifan lokal serta mempu berkompetisi dan berprestasi dalam ajang serupa.
Hikayat ini sendiri merupakan karya dari Tgk. Chik Pante Geulima, bernama asli Ismail bin Yakob yang merupakan Putera Pidie Jaya. Beberapa latar lokasi yang temuat dalam hikayat Malem Dagang ini juga terdapat di kawasan Pidie Jaya.
Penyunting : Afdhal Zikri, S.Pd (Ahli Pertama - Pamong Budaya)
0 Komentar