Hikayat Aceh


 Hikayat Aceh

Hkayat Aceh merupakan karya sastra lama berbentuk prosa dengan menggunakan bahasa Aceh.Hikayat Aceh yang jumlahnya ratusan, dapat disampaikan dengan dua lagu atau lagee utama, yakni, lagee Aceh dan lagee Pidie. Istilah lagee ini dapat pula diterjemahkan sebagai gaya atau langgam. Lagee Aceh disebut pula lagee bagah (cepat) atau lagee Dalam (istana), sedangkan lagee pidie disebut juga lagee jareung atau lagu lambat. Lagee Aceh dibacara agak cepat dengan alunan pada akhir larik, sedangkn lagee Pidie dibawakan atau dibaca lambat dengan nada relatif sama. Mengenai model-model baca Hikayat ini sebenarnya dapat dimodifikasi sesuai selera pembaca. Ia boleh saja menggunakan lagu Aceh dan lagu Pidie sekaligus, asalkan ia dapat menukar lagu yang sat uke lagu yang lain pada saat yang tepat. Yang penting adalah jangan sampai dalam satu bait terdapat dua macam lagu. Pergantian lagu sebaiknya dilaukukan pada pergantian episode atau pergantian permasalahan dalam hikayat. 

Ditinjau dari segi isinya, hikayat Aceh dapat digolongkan kedalam (1) hikayat agama, (2) hikayat cerita, (3) hikayat sejarah, (4) hikayat safari/Muhibbah, (5) hikayat perang, (6) hikayat undang-undang, dan (7) hikayat biografi. Memiliki ciri (1) menggunakan bahasa bersajak, (2) dimulai dengan Basmalah, (3) mukaddimah berisi pujian kepada Allah dan rasul, (4) tokoh utama adalah ma usia yang taat kepada Allah, berwatak pahlawan, berhati Budiman, berakhlak mulia, dan berpendidikan agama yang sempurna, (5) pengarang menyembunyikan identitas dirinya, namun penulis hikayat Aceh modern kini sudah langsung menuliskan namanya.


Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Menu Sponsor

Subscribe Text

Ikuti Channel YouTube Budaya Pijay