Budayapijay.or.id - Layang-layang atau dalam bahasa Aceh dikenal dengan Geulayang merupakan permainan tradisional yang tidak asing bagi anak-anak era 90-an. Permainan ini akrab dengan laki-laki, dari anak-anak hingga orang dewasa gemar bermainan permainan ini.
Sumber : libraaceh.com |
Asul usul permainan layang-layang ini sendiri diyakini berasal dari Cina pada 2500 sebelum Masehi. Seiring dengan perjalanan Cina untuk berdagang pada masa lampau ke seluruh penjuru dunia, tradisi bermain layangan ini juga ikut menyebar.
Di daerah Indonesia, catatan mengenai permainan layangan ini pertama kali ditemukan pada sebuah catatan melayu yakni dalam kitab Sulalatus Salatin karya Tun Sri Lanang. Ia merupakan penasihat Kesultanan Aceh Darussalam dan Uleebalang pertama Samalanga.
Dalam kitab Sulalatus Salatin, menceritakan suatu festifal layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan. Layangan di Indonesia secara umum dahulunya digunakan sebagai tradisi sebagai upacara adat seperti pertanian.
Dikutip dari buku Kumpulan Permainan Tradisional Pidie Jaya, meuen geulayang atau layang-layangan merupakan permainan musiman yang biasanya sesudah panen padi dan disaat angin timur tiba, masyarakat memanfaatkan kekuatan angin untuk menerbangkan layang-layang. Geulayang dimainkan oleh orang dewasa dan anak-anak, yang lokasi bermain bisa dipinggir pantai, persawahan dan juga di lapangan.
Geulayang juga bisa dijadikan ajang perlombaan yang disebut juga Geulayang Tunang dengan cara bermainnya berdasarkan tim, satu tim terdiri dari empat sampai lima orang untuk menerbangkan layang-layangan.
0 Komentar